Berhenti menggunakan sedotan plastik – Saat ini masyarakat di Indonesia semakin sadar dan sudah mengurangi penggunaan sedotan plastik. Hal ini mereka lakukan untuk mengurangi sampah plastik yang menumpuk dan sangat sulit untuk dihancurkan atau diurai. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), 67,8 ton sampah akan tertimbun pada tahun 2020. Angka ini sangat mengkhawatirkan karena sampah akan terus bertambah setiap harinya, namun di sisi lain pengelolaan sampah di negara masih belum baik.

Berhenti menggunakan sedotan plastik

Dan untuk mengurangi tumpukan sampah yang sulit terurai, kini diluncurkan sedotan dengan bahan yang lebih mudah terurai saat tidak digunakan, termasuk sedotan kertas. Beberapa perusahaan dan restoran kini juga telah mengganti penggunaan sedotan plastik dengan sedotan kertas.

Jadi apa yang membuat sedotan kertas menjadi pilihan utama pemilik bisnis dan pemilik restoran? Dan mengapa kampanye untuk berhenti menggunakan sedotan plastik begitu gencar? Yuk simak ulasan selanjutnya!

  1. Butuh 500-1000 tahun untuk terurai

Sedotan plastik ini memang terbuat dari bahan plastik yang aman untuk makanan atau minuman yaitu propylene dan polystyrene, namun bahan tersebut tidak boleh sulit terurai. Saat digunakan sebagai bahan dasar sedotan sekali pakai, bahan ini menyebabkan penumpukan sampah plastik yang membutuhkan waktu 500-1000 tahun untuk terurai.

  1. Sulit untuk didaur ulang

Proses daur ulang sampah plastik cukup mahal, biayanya untuk memenuhi kebutuhan alat yang sesuai untuk mendukung proses daur ulang. Selain itu, masih belum banyak tempat yang dapat melakukan proses daur ulang plastik sehingga membuat sampah plastik sulit untuk didaur ulang. Selain itu, nilai daur ulang sedotan sangat rendah, sehingga tidak diragukan lagi sangat sedikit orang yang ingin mendaur ulang sedotan plastik dan hanya berakhir di tempat pembuangan sampah yang semakin menumpuk.

  1. Mencapai jumlah besar dalam sehari

Sedotan plastik penyumbang sampah plastik terbesar dalam sehari, mengapa demikian? Karena setiap tempat makan, baik itu restoran atau warung pinggir jalan, harus memiliki sedotan plastik, dan tentunya tidak hanya satu atau dua orang yang menggunakannya. Oleh karena itu, kini saatnya beralih menggunakan sedotan dengan bahan dasar yang lebih biodegradable dan mengurangi ancaman terhadap lingkungan di tanah air.

  1. Mencemari laut yang bersih

Menurut data yang kami temukan, Drivers Celan Action sempat menyelam di Pulau Pramuka dan menemukan 300 kilogram sampah plastik dan 16 kilogram sampah jerami. Dan juga dilakukan di pulau Bali yang dilakukan di 40 titik dimana terdapat 40 ton sampah plastik, 11 persen diantaranya adalah sampah sedotan plastik. Jika tidak dihentikan, akan terus berkembang dan sangat berisiko bagi biota laut.

  1. Mengancam kepunahan biota laut dan kesehatan manusia

Sedotan plastik yang sudah hanyut dan dibiarkan terlalu lama di laut menjadi mikroplastik yang bisa dimakan biota laut tanpa sengaja. Dan pada akhirnya akan menyebabkan punahnya penghuni laut.

Dan yang paling berbahaya, jika Anda makan ikan yang secara tidak sengaja menelan mikroplastik melalui sampah plastik dan masuk ke dalam tubuh, itu membahayakan kesehatan Anda.

Berikut lima fakta tentang dampak negatif penggunaan plastik, khususnya sedotan plastik. Jika Anda peduli dengan lingkungan, saatnya beralih menggunakan sedotan kertas Temapack. Temukan informasi lainnya di website resmi temapack selaku produsen paper bubble wrap.